Senin, 04 April 2011

Kajian Tafsir


    Kajian al-Qur'an Surah al-'Ashr: 1-3
oleh:fitriana
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)                                    
       Demi masa,[1]. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,[2]. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”[3]
Surat ini diturunkan di kota Makkah al-Mukarramah dan berjumlah tiga ayat.
Keutamaan surah ini yaitu sebagaimana yang Ath-Thabarany riwayatkan di dalam al-Mu’jam al-Awsath dengan sanadnya dari ‘Abdullah bin Hishn, dia berkata, “Ada dua orang shahabat Rasulullah SAW., yang bila saling bertemu, tidak berpisah kecuali salah satunya membacakan kepada yang lainnya surat al-‘Ashr hingga selesai, kemudian masing-masing saling memberi salam.” Imam asy-Syâfi’iy berkata, “Andaikata manusia hanya mentadabburi (merenungi) surat ini saja, tentu sudah cukup bagi mereka. Karena sangat dalam dan luas isi kandungannya. Sayyid Qutb dalam tafsirnya mengatakan bahwa tiga ayat dalam surah ini mengandung manhaj yang sempurna bagi kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki oleh agama islam. 
Dalam surah tersebut, Allah SWT bersumpah dengan masa/waktu(waktu ashar). kenapa Allah bersumpah dengan masa/waktu? bersumpah dengan makhluknya? Sementara kita makhluk-Nya tidak boleh bersumpah dengan selain Allah, karena Dia yang menciptakan seluruh makhluk di alam ini. Kita bersumpah dengan menyebut khaliq (yang menciptakan) para makhluk. Dan menurut Asyaukani dalam kitab tafsirnya bahwa Allah SWT bersumpah dengan waktu/masa dalam surah ini karena didalamnya ada ibroh tentang peredaran waktu antara malam dan siang serta antara gelap dan terang, yang demikian itu sebagai bukti atas penciptaan Allah SWT dan kemahaesaanNYA. Sedang menurut alBaghawi dalam tafsirnya adalah karena ada ibroh yang sangat penting yang bisa diperoleh oleh orang yang melihat/memperhatikannya. Karena masa/waktu itu penting bagi kehidupan manusia.
Dan setiap kali Allah bersumpah dengan sesuatu, maka berarti Allah menyuruh kita untuk memperhatikannya. Sebagaimana Allah SWT juga bersumpah dengan makhluk lainnya seperti siang, malam, matahari, bulan, dan lain sebagainya. Semuanya itu bertujuan agar kita memperhatikan benda-benda dan makhluk-makhluk tersebut guna menambah keimanan&ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Lalu dimanakah letak pentingnya suatu masa/waktu? Azzuhaili dalam tafsirnya al Munir menyatakan bahwa kebanyakan ulama menafsirkan arti waktu disini adalah sholat wustho/ashar yang mengisyaratkan akan usia dunia ini yang tersisa hanya diantara waktu ashar dan maghrib. Sempitnya waktu karena waktu yang telah lewat tak mungkin dapat kembali lagi. Dan masa atau waktu itu senantiasa terus berputar/berjalan. Ia tidak pernah berhenti, walaupun hanya sedetik/sesaat . Karena itu, kita harus bisa mempergunakan masa/waktu dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, kita akan menjadi orang yang merugi. Pepatah Arab mengatakan, “Waktu itu laksana pedang, jika tidak kamu yang memotongnya, maka dia akan memenggalmu”.
Di dalam surat yang mulia ini jelaslah bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang memiliki empat karakteristik, yaitu iman, amal sholeh, nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
Dengan dua hal pertama (iman dan amal shalih), seorang hamba dapat melengkapi dirinya sendiri sedangkan dengan dua hal berikutnya dia dapat melengkapi orang lain dan dengan melengkapi keempat-empatnya, maka jadilah seorang hamba menjadi orang yang terhindar dari kerugian, yaitu dengan meraih keuntungan yang besar di dunia&akherat. Inilah yang tentunya akan selalu diupayakan oleh seorang insan yang berakal di dalam kehidupannya.
Pengertian merugi di sini mencakup arti yang sangat luas, yaitu kerugian di dunia dan kerugian di akhirat. Sedang orang yang beriman tidak akan merugi, sebab ia senantiasa beramal untuk akheratnya dan ia mempunyai Allah SWT yang senantiasa menjaga dan melindunginya di dunia dan akherat.
Namun, iman saja belumlah cukup. Iman harus disertai dengan amal sholeh. Iman letaknya di dalam hati, harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang sholeh.
Selanjutnya, orang yang beriman dan beramal shaleh, haruslah saling memberi nasehat dalam kebenaran (haq) yaitu dalam melaksanakan ketaatan dan menjauhi yang diharamkan olehNYA dengan cara yang benar (ma ‘ruf), dan saling memberi nasehat untuk senantiasa menjadi orang yang sabar dan dengan cara-cara yang sabar pula, tidak gegabah dan emosional.
Kata “saling” dalam terjemahan ayat mengindikasikan, bahwa memberi nasehat adalah kewajiban setiap orang yang beriman yang ingin beramal sholeh, tidak harus dimonopoli oleh orang-orang tertentu, sehingga orang-orang selain mereka tidak berhak menyampaikan nasehat. Semua manusia makhluk Allah SWT, sangat berpotensi berbuat khilaf, siapa pun dia. Nah, mereka yang mau terbuka menerima masukan orang lain, akan terbebas dari belenggu kerugian, karena masukan tersebut telah membuat dirinya tidak berlarut-larut dalam kekeliruan yang tidak diketahuinya sebelumnya.  (dari berbagai sumber) wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar